ertawa merupakan salah satu ekspresi alami yang dimiliki setiap individu sebagai bentuk kebahagiaan atau respons terhadap hal yang lucu. Dalam ajaran Islam, tertawa diperbolehkan, bahkan dianjurkan dalam kadar yang wajar. Namun, tertawa berlebihan, terutama tertawa terbahak-bahak, memiliki batasan dalam Islam. Batasan ini bukan hanya terkait dengan etika sosial, tetapi juga berkaitan dengan adab, kesopanan, dan pengendalian diri yang diajarkan dalam agama Islam.

1. Tertawa dalam Islam Anjuran dan Batasan
Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga keseimbangan dalam segala hal, termasuk dalam hal tertawa. Rasulullah SAW bersabda:
“Jangan terlalu sering tertawa, karena hati yang selalu tertawa akan menjadi keras.” (HR. Tirmidzi)
Tertawa yang wajar adalah tanda kebahagiaan, namun, jika tertawa berlebihan, terutama terbahak-bahak, dapat menyebabkan hilangnya rasa khusyuk dan mengurangi kedalaman hati. Tertawa yang berlebihan bisa membawa seseorang dalam keadaan lalai dari tujuan hidupnya, yaitu untuk selalu mengingat Allah.
2. Tertawa Terbahak-Bahak Sebuah Tindakan yang Berlebihan
Tertawa terbahak-bahak, yang sering kali mengundang perhatian banyak orang, dapat dilihat sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan adab Islam. Ini karena tertawa dengan suara keras dan berlebihan bisa menyinggung orang lain atau merusak suasana yang seharusnya lebih tenang dan khusyuk. Dalam hadis riwayat Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya yang paling baik dari kalian adalah orang yang paling sedikit tertawanya.”
Ini menunjukkan bahwa tertawa yang berlebihan tidak disukai dalam ajaran Islam karena dapat mengganggu keharmonisan dan ketenangan dalam hidup seorang Muslim.
3. Adab Tertawa dalam Islam
Dalam Islam, setiap perbuatan memiliki adabnya, begitu pula dengan tertawa. Beberapa adab tertawa yang diajarkan adalah:
- Tertawa dengan sopan: Tidak terbahak-bahak atau mengeluarkan suara yang berlebihan.
- Menjaga ketenangan: Hindari tertawa keras dalam suasana yang memerlukan keseriusan atau khusyuk, seperti saat sedang beribadah atau dalam pertemuan resmi.
- Tidak mengejek: Islam melarang tertawa yang menghina atau merendahkan orang lain. Tertawa yang disertai ejekan bisa merusak hubungan sosial dan menciptakan permusuhan.
- Berpikir sebelum tertawa: Menimbang apakah tertawa itu akan membawa dampak positif atau malah merusak suasana.
4. Tertawa yang Sehat dan Positif dalam Islam
Meskipun Islam membatasi tertawa berlebihan, hal ini tidak berarti tertawa itu haram atau dilarang sama sekali. Tertawa yang tulus dan dilakukan pada waktu yang tepat, seperti saat bersama keluarga atau dalam situasi yang penuh kegembiraan, adalah hal yang diperbolehkan. Bahkan, ada hadis yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW juga tertawa, tetapi beliau tidak pernah tertawa terbahak-bahak. Tertawa beliau selalu dalam ukuran yang wajar, mencerminkan kebahagiaan namun tetap menjaga adab dan kesopanan.
5. Kesimpulan
Dalam Islam, tertawa merupakan ekspresi kebahagiaan yang dianjurkan, asalkan dilakukan dengan cara yang bijaksana dan tidak berlebihan. Tertawa terbahak-bahak yang tidak terkontrol dapat mengganggu ketenangan hati, merusak suasana, dan bahkan menyebabkan seseorang terjerumus dalam kelalaian dari tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu beribadah kepada Allah. Oleh karena itu, setiap Muslim disarankan untuk tertawa dengan kesederhanaan, menjaga adab, dan tidak lupa untuk selalu mengingat Allah dalam setiap aktivitasnya.